“Nar, bangun sayang udah siang. Ayo sekolah.” Kata bunda dari ujung pintu kamar.
Kubuka mataku perlahan, ah rasanya masih sulit. Aku masih ngantuk. “Iya bun ini udah bangun.”
Dengan malas aku turun dari kasur empukku.
“Astaga, udah jam 6 lebih 20 menit! Mati aku!” kataku. Aku bergegas mandi, berganti baju, sarapan dan berangkat sekolah. Tak lupa aku berpamitan dahulu dengan bundaku. Aku berjalan lebih cepat dari biasanya, berharap kali ini cepat mendapat angkutan umum sehingga tidak terlambat.
“Aku ingin melihatnya sebelum dia pergi.”ucapku dalam hati.
Beberapa menit aku menunggu di pinggir jalan dan akhirnya sebuah angkutan umum datang. Entah kenapa angkutan ini rasanya berjalan terlalu lambat membuatku gemas. Dalam hati aku mengucapkan doa-doa semoga tidak terlambat atau aku akan menyesal selamanya. Ketika di tengah jalan angkutan yang ku tumpangi ini tiba-tiba berhenti. Ternyata bannya bocor. Kacau!! Di saat-saat genting seperti ini kenapa harus ada tragedi ban bocor? Semua penumpang diturunkan di jalan dan aku terpaksa harus mencari angkutan umum lain. Ini benar-benar MENYEBALKAN!
Sudah 10 menit berlalu namun belum ada tanda-tanda angkutan akan datang. Aku bingung, rasanya rusuh tak karuan. Aku harus berburu dengan waktu. Aku pun memutuskan untuk berjalan, siapa tahu nanti di jalan ada angkutan, semoga. Setelah berjalan cukup jauh akhirnya angkutan penyelamatku datang. Oh Tuhan,terimakasih. Di dalam angkutan aku berharap kejadian apes tadi tak terjadi lagi. Waktuku sudah tak banyak sekarang. Akhirnya sekolah yang aku idam-idamkan sudah terlihat. Aku turun dari angkutan dan segera berlari menuju sekolah. Kutengok kesana kemari namun tak kujumpai mobil miliknya. Kemana mobilnya? Apa jangan-jangan dia sudah pergi? Kegelisahan mulai menyeruk dalam hatiku. Air mata rasanya sudah hampir jatuh dari pelupuk mataku. Dia orang yang selama ini diam-diam menjadi semangatku ketika gelisah, menjadi tawaku ketika sedih. Dia yang pernah menemaniku, menasehatiku ketika aku mulai bosan mengikuti kegiatan ektrakulikuler di sekolah. Dia, sosok yang aku kagumi sejak lama. Kini dia akan pindah sekolah ke luar negeri karena ayahnya di pindah kerjakan di sana.
“Tuhan, ijinkan aku melihatnya. Aku berjanji jika aku bertemu dia, aku akan mengatakan padanya tentang apa yang selama ini aku rasakan. Tentang perasaan yang sudah lama aku simpan, tentang rasa yang menyeruak dihatiku. Tuhan, kumohon.” pintaku dalam hati.
Aku termenung, mataku menatap lurus ke arah lapangan sekolah. Tiba-tiba ada sosok yang membuat pandanganku teralih. Sosok itu adalah dia. Iya, itu Kak Rio! Suasana hatiku kini berubah, sangat bahagia. Caranya berjalan seperti biasa, selalu membuatku kagum. Seperti janjiku, ku dekati dia. Dengan penuh deg-degan aku menyusun kata-kata yang akan kusampaikan padanya. Hah, kini dia sudah di depanku. Dia memandangku dan tersenyum padaku dengan ramah. Sekarang saatnya aku harus bilang.
“Kak, kakak mau berangkat sekarang ya?”tanyaku gugup.
“Iya dek, ni baru aja nylesein surat-surat sekolah. Eh kamu yang rajin ya belajarnya. Jangan males lagi berangkat ekstra.” ucapnya. Kata-katanya itu membuatku bergetar.
“Iii..,iiya kak, pasti. Kak, aku mau bilang sesuatu ke kakak, boleh?” jawabku terbata.
“Boleh, mau bicara apa dek?” tanyanya padaku.
“Kak...” aku terdiam sejenak, “Kak, selama ini tu aku kagum banget sama kakak dan sebenernya aku suka sama kakak. Makasih banget buat semua perhatian yang udah kakak kasih ke aku. Aku nggak minta kakak buat bales perasaanku kok, cukup kakak tau aja perasaanku yang sebenernya. Maaf ya kak selama ini aku udah lancang diem-diem merhatiin kakak, udah lancang suka sama kakak. Aku cuma pingin kakak tahu dan walaupun kakak udah pindah kakak tetep inget aku.” ucapku padanya.
Dia tertegun, nampak sedikit kaget, lalu ekspresinya berubah. Dia tersenyum padaku.
“Oh gitu ya dek, iya nggak apa-apa kok, nggak masalah. Sebenernya aku juga udah tau, nggak nyangka akhirnya kamu bilang itu sendiri ke aku." ia tertawa lalu melanjutkan kata-katanya,"Lagipula menyukai itu hak setiap orang dan nggak ada orang lain yang boleh ngelarang. Aku bakal inget sama kamu kok. Mana mungkin aku lupa sama cewek yang suka manyun kalo lagi males ikut ekstra. Pokoknya pesenku kamu baik-baik di sini."
"Iya kak aku pasti baik-baik aja. Makasih ya kak. Hati-hati di jalan." jawabku sambil tersenyum. Aku tak menyangka dia akan mengucapkan hal itu. It's really wonderful!
"Ya udah, aku pergi dulu ya dek. Tu mobil yang mau nganter aku ke bandara udah dateng." katanya lagi sambil menunjuk mobil yang baru saja memasuki gerbang sekolah. Ia berjalan mendekati mobilnya.
Aku sedikit lebih mendekat juga, mengikutinya dari belakang. Aku ingin melihat sampai mobilnya ke luar dari sekolah. Sebelum memasukki mobil, ia berbalik ke arahku dan tersenyum. Mobil itu pun akhirnya melaju meninggalkan sekolah. Hatiku kini terasa sangat lega. Perasaan yang sudah sejak lama aku simpan bisa dengan sukses aku paparkan pada Kak Rio. Apalagi mendengar jawabannya, mendengar pesan-pesannya, hatiku bahagia. Walaupun aku dan Kak Rio tidak menjadi sepasang kekasih namun begini pun rasanya lebih indah.
"Terimakasih Tuhan telah memberiku kesempatan bertemu dengannya sebelum dia pergi. Terimakasih juga Kak Rio, telah membuat kepergianmu menjadi suatu kebahagiaan. Semoga di sana kamu selalu ingat aku dan hari ini." tuturku dalam hati.
Salam sayang,
0 komentar:
Posting Komentar