Jum'at, 13 April 2012
Hai Lamoners, panggilan baru yang aku bikin buat kalian yang baca-baca atau sekedar numpang lewat di blogku, makasih lho ya :D
Emm sekarang aku mau sharing-sharing pengalaman yang aku alami sendiri ni. Masak cuma bikin cerpen terus kan gak seru ya,hehe. Siapa tahu para pembaca ingin mengetahui sisi lain kehidupan saiia [waduh bahasanya tinggi].
Nha cerita yang mau aku share ini baru aja aku alami, ya kira-kira beberapa detik, eh beberapa jam yang lalu. Langsung aja ya, selamat membaca ^_^ Oh ya nama ada yang disamarkan ;)
Pagi-pagi bangun, rasanya badan masih capek ditambah ngantuk yang super abis. Nggak tau kenapa si ya, padahal udah tidur tapi kok ngantuk masih aja nyerang. Aku diajak mama ke pasar pagi buta sekali jam 2 malam/pagi ya? Pokoknya jam segitu. Nha berhubung udah buru-buru, sampai pada lupa siapa yang bawa kunci rumah. Akhirnya pas aku balik sendirian ke rumah dan mama masih di pasar, aku ke kunci, nggak berdaya, nggak bisa apa-apa.
"Gimana caranya masuk rumah? Nggak ada kunci." seruku sendirian atau mungkin lebih tepatnya bertanya pada pintu rumah.Akhirnya dengan segala daya inisiatif aku mencoba mencongkel pintu. Rusak-rusak deh nggak peduli daripada nggak bisa sekolah. Satu dua kali nyoba congkel engsel pintu pake sekop tapi nggak muat, pake kayu malah patah. Lalu pikiran kritisku keluar sehingga karena merasa terdesak akhirnya aku menemukan barang yang berkemungkinan bisa nyongkel pintu, obeng. Obeng itu aku slempit-slempitin ke pintu sampai beberapa kali tapi nggak jebol-jebol juga pintunya. Setelah beberapa kali mencoba ditambah dengan menggedor-gedor pintu akhirnya pintu rumahku terbuka juga, alhamdulillah, eits tapi alhasil pintu rumah rusak, tepat seperti dugaan awal,hehe. Masalah pintu urusan belakangan, yang penting sekarang aku siap-siap dan berangkat sekolah, soalnya udah siang. Pas di jalan berharap ketemu seseorang eh maksudnya siapa kek gitu jadi nggak bengong sendirian di angkutan, malah ketemu "someone", ya yang gitu deh, semangat membara-baraku jadi hilang. Walhasil aku sampai sekolah terlambat dan dengan hati yang agak besungut-sungut. Untungnya pelajaran kali ini nggak ikutan bikin aku tambah nggak mood karena ada acara kakak kelas XII masuk ke setiap kelas untuk bersalaman meminta doa sekaligus maaf sebelum menjalani ujian di hari Seninyna. Acara itu sedikit banyak mencairkan suasana hatiku. Selain salam-salaman kelas XII, sekolahku terutama anggota PMR SMA N 1 Purworejo bekerjasama dengan PMI mengadakan donor darah sukarela. Banyak siswa-siswi sekolahku yang antusias menyumbang. Jangan salah, aku juga antusias lho, tapi sayangnya syarat untuk jadi pendonor tidak meloloskanku. Syaratnya itu umur min 16th, berat badan min 45kg, lha aku dua-duanya nggak ngikut, gleg.
Akhirnya waktu pulang pun tiba. Tadinya si mau segera pulang, tapi ada pengumuman kalau yang mengikuti seleksi AFS atau pertukaran pelajar diharap berkumpul di ruang multimedia sepulang sekolah maka aku dan teman-teman yang ikut AFS berkumpul terlebih dahulu. Disana kami membahas banyak hal, juga mendapatkan tips-tips dari Mas Handy dan Mbak Langit yang sebelumnya telah lolos dan mendapat beasiswa sekolah selama 11 bulan di Negara Amerika. Berhubung bagi kaum laki-laki hari Jum'at untuk yang beragama Islam menunaikan sholat Jum'at jadi pertemuan singkat itu diakhirilah sudah. Setelah berkumpul, aku dan yang lain kembali ke kelas masing-masing, kalau aku si udah pasti kembali ke kelas X-6. Saat itu aku melihat kakak kelas yang aku kenal dan mengajaknya ngobrol, eh pas kakaknya mau pergi malah bilang sesuatu yang nakut-nakuti aku.
"Matilah aku" batinku.
Baru beberapa saat duduk melihat pemandangan yang menyenangkan sekaligus menghilangkan perasaan was-was karena hal tadi, tiba-tiba Doni memanggil anak-anak GMC (Ganesha Master of Ceremony) untuk berkumpul di kelas belakang. Perasaanku masih tidak enak saat itu memikirkan ucapan kakak kelas yang tadi. Saat aku duduk di samping anak-anak GMC yang lain, wajah mereka jadi berubah. Suara pun muncul dari Sinta.
"Ya jadi proker kita diundur karena kemarin waktu disuruh kumpul ada yang nggak dateng. Padahal ada yang udah ngebela-belain buat nggak ikut les, ada yang habis PMR masih ikut gabung, dan kakak kelas tu komplit di sini kemaren. Makasih banget ya buat yang udah dateng. Yang nggak dateng ya mbok seenggaknya ngasih kabar kek." ujar Sinta, temenku yang bertanggung jawab di subseksi GMC.
Aku jadi merasa bersalah karena kemaren nggak dateng. Keadaan diam sejenak, aku juga tidak berkata apa-apa. Kemudian mulai lah semua anak mengeluarkan suaranya. Entah kenapa rasa-rasanya kalimat yang Sinta bilang tadi yang awalnya aku kira untuk kami semua yang tidak datang saat perkumpulan kemarin berubah menjadi perkataan itu khusus ditujukan untukku.
"Din, kamu jadi apa? Sekertaris kan. Kamu bikin proposal sama siapa??" tanya Sinta, diikuti rentetan pertanyaan dari teman-teman lain yang mulai memojokkanku. Jleb, aku makin terpojok dan makin merasa bersalah.
"Iya, aku malah nggarap bareng kamu to Sin, nggak dibantuin." jawab Dina, ya intinya dia bilang begitu, tapi lupa tadi gimana cara bilangnya.
Jleb. Aku masih diam. Bingung mau mulai bicara dari mana, mereka terus saja menyindirku.
"Jujur aku sangat merasa bersalah, apa mungkin aku terlalu banyak ketinggalan kabar tentang GMC ini? Kenapa aku bisa seteledor ini? Maaf teman-teman." aku masih membatin dalam hati.
Hingga akhirnya salah satu kakak kelas yang bernama Kak Brita dan Kak Elena ikutan angkat bicara.
"Lha Dek Dina sebenernya kerja sama siapa?" tanya Kak Brita.
"Sama aku kak." jawabku agak pelan.
"Sama Yuca kak." Dina ikut menjawab dengan keras.
"Lha Dek Yuca gimana, nggak punya salinan kepanitiaan po? Dek Yuca nggak nyatet di kertas? Lain kali catet dikertas biar nggak kejadian kayak gini lagi." nasehat Kak Brita disusul Kak Elena juga. "Sekarang Dek Yuca meh milih temen siapa yang bisa ngingetin biar nggak kelupaan lagi?" tambahnya.
"Iya saya nggak nyalin kak, maaf. Emm...." aku bingung menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan kepadaku. Ya Allah aku benar-benar terpojok, memang salahku sendiri bisa sampai begini.
Sinta yang melihat wajah frustasiku kini mendekatiku. Aku bicara berdua dengannya.
"Sin, sumpah jujur aku nggak tau kalau GMC tu udah mulai garap-garap. Aku emang salah. Maaf banget,..." kataku.
Sinta manggut-manggut sambil membalas perkataanku. Belum selesai bicara, Kak Brita dan Kak Elena pergi lalu Kak Andy datang. Sempat merasa ada yang janggal si saat itu, tapi ya namanya juga pikiran lagi kacau jadi nggak sempet mikirin itu. Sinta lalu mengajakku pergi menghadap berlawanan arah dengan anak-anak yang lain. Saat itu aku baru bisa mengeluarkan air mata yang sedari tadi aku simpan. Huuaa, semua meluap seluap-luapnya. Aku menangis sambil menjelaskan semuanya ke Sinta berharap bisa memperbaiki kesalahanku.
"Udah Sin aku tau emang aku yang salah. Aku bakal tebus semuanya. Aku bakal bikin ulang proposalnya terus aku juga yang bayar semua biayanya." tuturku dengan wajah basah air mata.
Sisil, Nita, dan beberapa teman yang tak sempat kulihat wajahnya hanya kudengar suaranya mencoba menenangkanku supaya tidak menangis.
"Happy B'day to You, Happy Birthday to You."
Terdengar lagu Happy Birthday dinyanyikan bersama oleh teman-teman dan kakak kelasku dari arah belakang.
Aku kaget, tangisku makin menjadi. Kututup wajahku dan bersandar di badan Asri. Wuuuuaaaa aku nggak nyangka. Aku terharu.
Sontak teman-teman dan kakak kelasku menenangkanku. Setelah agak tenang aku meniup lilin, sebelumnya tak lupa make a wish. Ada yang ganjal memang di lilin itu, seharusnya yang tertera angka 15th tapi justru 16th, ah tidak masalah bagiku, mereka masih ingat hari ulang tahunku saja yang padahal sudah lewat 2 minggu yang lalu tepatnya 28 Maret sudah membuatku sangat bahagia. Jelas saja aku tak menyangka mereka akan membuat surprise, kejutan seperti ini. Mereka semua menyalamiku dan mengucapkan selamat ulang tahun. Aku lalu memotong kue nya kecil-kecil. Kue yang pertama aku berikan kepada Kak Andy sebagai ketua GMC yang telah dengan sabar membimbing dan membangun GMC agar selalu menjadi makin baik di tiap kesempatan. Awalnya teman-teman sempat meledekiku untuk memberi potongan kue pertama pada *** *** (nama disensor) :D, haha wajahku memerah, malu jelas sangat dan itu juga nggak mungkin secara tidak semua kaum pria di sekolah sholat Jum'at di masjid sekolah. Nggak kebayang kalau tadi beneran ada orangnya,haha :D
Akhirnya setelah roti habis, aku, teman-teman, dan kakak-kakak satu per satu mulai beranjak pergi. Satu barang yang sengaja aku bawa pulang untuk kenang-kenangan yaitu lilin angka 1 dan 6 yang tadi menghiasi kue ulang tahunku. Jujur aku masih agak shock dan nggak nyangka aja, rasa was-was masih aja ada ni, padahal tadi cuma akting dan bercanda.
Makasih banget ya semuanya buat hari ini. Aku bener-bener ngrasa surprise banget, nggak nyangka. Pokoknya makasih, makasih dan makasih nggak habis-habis aku ucapin. Makasih juga buat pelajaran berharga yang udah kalian kasih ke aku hari ini, itu justru juga jadi batasan buat aku biar nggak sampai lupa sama tugasnya nanti pas acara fix digelar. Oh ya, padahal kemaren aku baru aja bikin cerpen yang hampir samaan kayak gini eh malah kejadian sendiri sama aku [hehe]. Thankyou so much GMC :* :')
Thanks to :
Kak Sindu, Kak Rosa, Kak Puput, Kak Elita, Asri, Renyta, Putri, Intan, Ratri, Hasti, Qiprit, Nana, Nenes, Tsani, Fani, Riris, Yarits, Jeni, Cindy, Hermoko, Ika, Erlita, Pak dan Bu Nik, pokoknya semua jajaran yang ada baik yang ikut serta mau pun tidak. Thanks full :D
0 komentar:
Posting Komentar